Friday, April 1, 2016

Cyberbullying: Ajang Peruntuhan Konsep Diri Anak



Seperti pada artikel sebelumnya yang membahas mengenai virtual community dan ekspresi yang terbentuk didalam internet, kali ini saya akan membahas mengenai cyberbullying yang terjadi pada anak-anak di Indonesia, dimana kasus ini memang sering terjadi dan banyak memakan korban di kalangan anak-anak pada saat ini.


     Kecanggihan internet serta fitur-fitur yang ada didalamnya membuat para penggunanya menjadi semakin banyak. Terlebih lagi pada saat ini terdapat fitur baru seperti media sosial dan game online yang banyak menyedot penggunanya dari berbagai kalangan terutama anak-anak. Dengan adanya fitur-fitur tersebut maka anak-anak dapat dengan bebas mengekspresikan dirinya. Contohnya saja dengan adanya media sosial anak-anak bisa dengan mudah melakukan interaksi dengan orang lain baik yang dikenal maupun belum dikenal. Terlebih lagi anak-anak dapat mengganti profil picture yang ada didalam media sosial dengan berbagai pose foto dirinya untuk menunjang eksistensinya. Namun tidak ada yang tahu jika didalam media sosial maupun game online tersebut terdapat haters atau orang yang tidak suka dengan dengan anak tersebut yang kemudian mencaci makinya melalui chatting. Hal tersebut merupakan segelintir contoh akan adanya kasus cyberbullying yang akan saya bahas kali ini.

Banyaknya pengguna internet di Indonesia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kasus cyberbullying. Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun 2006, angka cyberbullying yang terjadi di mencapai angka 25 juta kasus di mulai dari kasus dengan skala ringan sampai dengan skala berat. Hasil penelitian memasukkan kategori seseorang disebut korban cyberbullying merupakan korban yang dihina, diabaikan, atau digosipkan di internet utamanya di media sosial saat ini.

Cyberbullying merupakan sebuah tindakan intimidasi maupun penghinaan yang terjadi didalam internet. Kasus ini sudah memakan korban cukup banyak terutama dikalangan anak-anak. Sudah terdapat banyak kasus yang diakibatkan cyberbullying seperti korban luka maupun korban tewas. Cyberbullying banyak terjadi pada anak-anak terutama di media sosial dan game online. Bentuk yang dilakukan pun bemacam-macam mulai dari penghinaan, intimidasi, dan lain sebagainya. Apa sih yang mendasari seseorang melakukan cyberbullying? Kemungkinan besar pelaku cyberbullying melakukan hal tersebut karena ingin balas dendam, mencari perhatian dari orang lain, maupun hanya untuk mengisi leisure time atau waktu luang yang dimiliki. Cyberbullying lebih mudah dilakukan daripada kekerasan konvensional karena si pelaku tidak perlu berhadapan muka dengan orang lain yang menjadi targetnya, karena pelaku cyberbullying merasa aman dan di atas angin.

Memang kasus cyberbullying sangat menyeramkan dan mengejamkan jika melihat efek yang didapat oleh anak-anak korban cyberbullying. Anak-anak yang mengalami cyberbullying akan merasa harga diri dan eksistensinya ditindas. Seperti halnya ketika seorang anak bermain game online, anak tersebut akan berusaha bagaimana caranya agar menang karena banyak kasus yang terjadi dalam game online jika seseorang kalah maka akan diledek dan dihina oleh rekannya dan akhirnya merasa dikucilkan. Terlebih lagi perilaku cyberbullying akan merusak dan menghancurkan konsep diri yang telah dibangun oleh anak. Hampir setiap kasus cyberbullying dilakukan oleh teman dekat seperti teman di sekolah maupun teman bermain. Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri. Karena pemikiran yang masih labil, seorang anak korban bullying akan dengan cepat merespon setiap bully yang dilontarkan kepadanya dan akan dengan cepat mengoreksi serta mengubah perilakunya. Maka dari itu kebanyakan korban bullying mengalami pruntuhan konsep diri dimana setiap konsep diri yang sudah dibangun akan menghilang begitu saja dikarenakan cyberbullying yang dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya dianggap benar. Anak-anak akan merasa ragu dan kurang percaya diri, sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk pula. Konsep diri juga dikatakan berperan dalam perilaku individu karena seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya akan mempengaruhi individu tersebut

            Kurangnya pengetahuan akan internet terhadap orang tua juga sangat menjadi faktor penentu utama penyebab kasus cyberbullying. Anak akan merasa bebas dengan tidak ada orang tua didalam media sosial miliknya sehingga mereka dapat melakukan apa saja sesuai apa yang mereka mau. Dengan begitu saling bully dapat terjadi dan peruntuhan konsep diri yang terjadi sedang berada di ujung tanduk. Seorang anak sebagai pelaku cyberbullying akan merasa dirinya berkuasa dengan cara merendahkan harga diri setiap orang dan akan menghilangkan sifat kemanusiaan yang dimilikinya. Sedangkan seorang yang menjadi korban cyberbullying akan menjadi tertekan dan bahkan hingga frustasi sampai banyak yang mencoba untuk melakukan percobaan bunuh diri. Kasus cyberbullying yang dilakukan teman sekolah akan membuat korbannya merasa diasingkan dan dikucilkan sehingga kebanyakan kasus juga menyebabkan anak tersebut tidak mau lagi berangkat kesekolah.

            Contoh kasus yang pernah saya alami yaitu terjadi pada teman sekelas saya ketika duduk dibangku SMA. Dia selalu mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari saya dan teman-teman lainnya baik di dunia nyata maupun di dunia cyber atau internet. Awalnya hal tersebut hanya dianggap bercanda oleh saya dan teman-teman, tetapi dia merasa diasingkan dengan perlakuan tersebut karena merasakan perlakuan yang beda dibandingkan dengan teman yang lainnya. Sampai suatu ketika setelah kejadian tersebut, teman saya yang merupakan korban bullying itu tidak masuk sekolah hampir selama sebulan. Maka dari itu semua teman-teman yang merasa membully termasuk saya mendatangi rumahnya untuk meminta maaf dan menjelaskan kepada orang tua teman saya bahwa tindakan kami hanya bercanda saja. Mungkin memang bercanda yang kami lakukan sangat parah terlebih lagi kami sempat mempermalukan dirinya di media sosial Twitter sewaktu jaman SMA dahulu. Mungkin hal tersebut yang membuatnya menjadi tertindas dan membuat harga dirinya menjadi sangat rendah.

            Dari pembahasan dan contoh kasus tersebut saya mengambil kesimpulan bahwa kemajuan internet pada saat ini membawa berbagai dampak negatif yang ditimbulkan sebagai contohnya kasus cyberbullying yang banyak terjadi dikalangan anak-anak di media sosial ataupun game online dan telah memakan banyak korban. Korban cyberbullying dapat mengalami hancurnya konsep diri yang telah dibangun didalam diri anak tersebut. Maka dari itu, kasus seperti ini jangan dianggap remeh dan diperlukan pengawasan dari orang tua kepada anak-anak untuk meminimalisir terjadinya kasus seperti ini.

Referensi

http://bps.go.id// (diakses pada 1 april 2016 pukul 03.17)

No comments: